Sejarah Perjuangan Urip Sumoharjo: Dari Pribumi KNIL hingga Peletak Dasar TNI
Urip Sumoharjo adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai pribumi pertama yang bergabung dengan Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) dan peletak dasar Tentara Nasional Indonesia (TNI), kiprahnya mencerminkan semangat nasionalisme dan dedikasi terhadap tanah air. Artikel ini akan mengulas perjalanan hidup dan perjuangan Urip Sumoharjo secara mendalam.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan Awal
Urip Sumoharjo lahir dengan nama Muhammad Sidik pada 28 Juli 1893 di Purworejo, Jawa Tengah. Kehidupannya dipengaruhi oleh latar belakang keluarga yang menginginkan agar ia menjadi seorang bupati. Namun, setelah ibunya mengirim surat kepada Raden Tumenggung Widjojokoesoemo, nama Muhammad Sidik diganti menjadi Urip, yang berarti hidup. Pendidikan awalnya dimulai di Europese Lagere School (ELS), sebuah sekolah Belanda untuk pribumi, yang diharapkan dapat membentuk karakter dan perilakunya.
Perjalanan ke Dunia Militer
Setelah lulus dari ELS, Urip melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Pegawai Pribumi (OSVIA) di Magelang. Meskipun nilai-nilainya kurang memuaskan, ia berhasil menyelesaikan pendidikan bagian pertama OSVIA pada tahun 1910. Namun, Urip memutuskan untuk tidak mengikuti jejak orang tuanya menjadi bupati. Ia memilih untuk mendaftar ke Sekolah Militer di Jatinegara, Jakarta, dan diterima pada tahun 1914. Setelah lulus, ia ditempatkan di Banjarmasin dan mulai berkarier di dunia militer.
Karier Militer di KNIL
Urip Sumoharjo memulai karier militernya di KNIL dan menjadi satu-satunya pribumi di Batalyon XII. Ia ditempatkan di berbagai daerah, termasuk Samarinda, Balikpapan, Kalimantan Utara, dan lainnya. Pada tahun 1925, ia dipindahkan ke Magelang, di mana ia bertemu dengan Subroto, seorang mantan guru di OSVIA Magelang, yang memiliki putri bernama Rochmah. Pada 7 Mei 1926, Urip menikahi Rochmah.
Peran dalam Perang Dunia II dan Penahanan oleh Jepang
Pada masa Perang Dunia II, Urip Sumoharjo menjadi saksi atas kekalahan Belanda di tangan Jepang. Setelah Jepang mendarat di Jawa pada Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati, Jawa Barat. Urip ditangkap dan dimasukkan ke kamp tahanan di Cimahi. Selama di tahanan, ia menunjukkan sikap tegas dan tidak bersedia bekerja untuk Jepang. Setelah dibebaskan, ia memilih untuk kembali ke Gentan dan hidup sebagai warga biasa.
Keterlibatan dalam Proklamasi Kemerdekaan
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Urip Sumoharjo merasa saatnya untuk berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada 14 Oktober 1945, ia menerima telegram dari Wakil Presiden Mohammad Hatta yang memintanya untuk segera berangkat ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Urip mengikuti sidang kabinet dan diberikan mandat untuk menyusun organisasi tentara. Ia mengusulkan agar kota Purwokerto dijadikan markas besar tentara, namun akhirnya Yogyakarta yang dipilih.
Pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Pada 16 Oktober 1945, Urip Sumoharjo tiba di Yogyakarta dan menempati sebuah kamar di Hotel Merdeka yang dijadikan Markas Tertinggi TKR. Sri Sultan Hamengkubuwono IX kemudian menyerahkan sebuah gedung di Jalan Gondolayu untuk dijadikan markas besar TKR. Urip memanggil beberapa tenaga muda, seperti Suryadi Suryadarma dan TB. Simatupang, untuk membantu menyusun struktur organisasi TKR. Pada 20 Oktober 1945, Urip dilantik sebagai Kepala Staf TKR dengan pangkat Letnan Jenderal.
Perjuangan dalam Pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Urip Sumoharjo memiliki peran penting dalam menyatukan TNI dengan laskar-laskar yang ada di daerah. Setelah melalui pendekatan yang panjang, pada 5 Mei 1947, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang mengharuskan semua kekuatan bersenjata untuk bergabung dengan TNI. Urip juga menentang perjanjian Renville pada 17 Januari 1948, karena dianggap mengkhianati angkatan perang.
Baca Juga Sejarah Perjuangan Slamet Riyadi, Serangan Umum empat hari di Solo
Wafat dan Penghargaan
Pada 17 November 1948, Urip Sumoharjo meninggal dunia akibat serangan jantung di Yogyakarta. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki dan dianugerahi pangkat jenderal secara anumerta. Pada tahun 1964, pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional.