google.com, pub-9717546832976702, DIRECT, f08c47fec0942fa0 google.com, pub-7852137543983973, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Sejarah Mustopo Dokter Pejuang

Sejarah Mustopo: Dokter Pejuang yang Mengabdi Demi Kemerdekaan Indonesia

  1. Mengenal Sosok Mustopo, Dokter yang Jadi Pejuang

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, banyak tokoh yang berjuang bukan hanya di medan perang, tetapi juga di bidang ilmu dan kemanusiaan. Salah satunya adalah Brigjen (Purn) drg. Moestopo, seorang dokter gigi yang juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan, pendidik, dan tokoh nasional yang dihormati.

Prof. drg. Moestopo : Antara Kedokteran dan Militer – Pusat Sejarah TNI

Mustopo lahir di Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur, pada 13 Juli 1913. Sejak kecil, ia menunjukkan semangat belajar yang tinggi dan keinginan kuat untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Meskipun berasal dari keluarga sederhana, tekadnya membawa dia menempuh pendidikan di bidang kedokteran gigi, yang kala itu masih jarang diminati oleh anak-anak pribumi.

Namun perjalanan hidupnya tidak hanya berhenti di dunia medis. Di tengah situasi bangsa yang terjajah, Mustopo menjadikan keahliannya sebagai alat perjuangan. Ia tidak hanya ingin menyembuhkan penyakit fisik rakyat, tetapi juga ingin menyembuhkan luka batin bangsa yang terbelenggu penjajahan.

  1. Pendidikan dan Awal Karier Sebagai Dokter Gigi

Setelah menamatkan pendidikan dasarnya di Kediri, Mustopo melanjutkan ke School Tot Opleiding van Indische Tandartsen (STOVIT) di Surabaya — sekolah kedokteran gigi bagi pribumi yang merupakan bagian dari sistem pendidikan Hindia Belanda. Di sinilah kemampuan dan semangat nasionalismenya mulai terbentuk.

Di masa pendidikannya, Mustopo dikenal sebagai mahasiswa yang kritis terhadap kebijakan penjajah. Ia tidak hanya fokus belajar, tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial dan organisasi pemuda. Pandangan politiknya mulai tumbuh seiring meningkatnya kesadaran nasional di kalangan pelajar Indonesia pada masa itu.

Setelah lulus, Mustopo membuka praktik dokter gigi dan banyak melayani rakyat kecil tanpa bayaran. Ia percaya bahwa kesehatan adalah hak semua orang, bukan hanya milik kaum berada. Sikapnya yang rendah hati dan kepeduliannya membuat ia disegani oleh masyarakat. Namun di balik itu, semangat perjuangan dalam dirinya terus menyala.

  1. Peran Mustopo Dalam Masa Pendudukan Jepang

Ketika Jepang mengambil alih kekuasaan dari Belanda pada tahun 1942, situasi sosial dan politik Indonesia berubah drastis. Di tengah masa sulit itu, Mustopo tidak tinggal diam. Ia menggunakan keahliannya untuk membantu rakyat dan menjalin jaringan dengan para pejuang kemerdekaan.

Selama pendudukan Jepang, ia juga turut terlibat dalam kegiatan pelatihan militer dan kesehatan. Ia mendirikan kelompok yang bertujuan meningkatkan kesadaran nasional dan menyiapkan tenaga medis untuk membantu para pejuang jika terjadi perang.

Berkat latar belakang medis dan jiwa kepemimpinannya, Mustopo menjadi salah satu tokoh yang dipercaya oleh banyak pihak, termasuk kalangan pemuda dan tokoh masyarakat. Ia dikenal sebagai sosok yang berani, disiplin, dan memiliki integritas tinggi — sifat-sifat yang kelak membuatnya dipercaya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

  1. Mustopo dan Perjuangan di Surabaya

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, situasi di berbagai daerah masih sangat tegang. Pasukan Sekutu dan Belanda berusaha kembali menegakkan kekuasaan. Di Surabaya, semangat perlawanan rakyat begitu tinggi, dan Mustopo berada di garis depan peristiwa bersejarah itu.

Ia diangkat menjadi Komandan Pertempuran Arek-Arek Suroboyo yang dikenal dengan nama Pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai dokter sekaligus komandan, Mustopo menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa. Ia tidak hanya mengatur strategi perang, tetapi juga memastikan bahwa para pejuang mendapat perawatan medis di tengah medan tempur.

Ketika pasukan Inggris datang ke Surabaya, Mustopo bersama rakyat setempat dengan gagah berani melawan mereka. Pertempuran besar pecah pada 10 November 1945, yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan. Dalam pertempuran ini, Mustopo menjadi salah satu tokoh penting yang mengorganisir pertahanan kota dan menjaga semangat rakyat agar tidak menyerah.

Keberanian dan kepemimpinannya membuat namanya diabadikan sebagai simbol perjuangan rakyat Surabaya. Ia bukan hanya dokter, tetapi juga pejuang sejati yang memadukan ilmu dan pengorbanan.

  1. Peran Mustopo Setelah Kemerdekaan

Usai masa perang kemerdekaan, Mustopo tidak berhenti berkontribusi bagi bangsa. Ia memilih untuk kembali ke bidang yang ia kuasai, yaitu pendidikan dan kesehatan. Ia percaya bahwa perjuangan berikutnya adalah membangun bangsa melalui ilmu pengetahuan dan moral.

Pada tahun-tahun setelah kemerdekaan, Mustopo aktif dalam kegiatan sosial dan pendidikan. Ia mendirikan berbagai lembaga yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan tinggi.

Salah satu pencapaiannya yang paling besar adalah pendirian Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) di Jakarta pada tahun 1961. Kampus ini menjadi wadah bagi generasi muda Indonesia untuk belajar dan mengembangkan diri dalam semangat kebangsaan dan moralitas.

Nama “Beragama” yang ia sematkan pada universitas tersebut mencerminkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan harus berjalan seiring dengan nilai spiritual dan moral. Baginya, pembangunan bangsa tidak akan berhasil tanpa dasar iman dan akhlak yang kuat.

  1. Pandangan Hidup dan Nilai-Nilai Perjuangan Mustopo

Mustopo dikenal sebagai sosok yang sederhana, disiplin, dan berprinsip kuat. Ia hidup dengan nilai-nilai moral yang tinggi dan menjunjung kejujuran dalam setiap langkahnya. Dalam pandangannya, seorang pemimpin harus mampu memberi teladan, bukan hanya memberi perintah.

Ia sering berkata bahwa perjuangan sejati bukan hanya melawan penjajah, tetapi juga melawan hawa nafsu dan kebodohan. Karena itu, ia sangat menekankan pentingnya pendidikan dan pembentukan karakter bagi generasi muda.

Dalam keseharian, Mustopo dikenal dekat dengan rakyat. Ia tidak membedakan antara pejabat, tentara, atau masyarakat biasa. Baginya, semua adalah bagian dari perjuangan bersama membangun bangsa yang merdeka dan bermartabat.

Semangatnya untuk mengabdi tanpa pamrih membuat banyak orang meneladani sikapnya. Bahkan setelah menjadi tokoh penting nasional, ia tetap hidup sederhana dan mengabdikan diri sepenuhnya bagi masyarakat.

  1. Akhir Hayat dan Warisan Perjuangan Mustopo

Drg. Mustopo wafat pada 29 September 1986 di Jakarta dalam usia 73 tahun. Ia dimakamkan dengan penuh penghormatan atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negara. Pemerintah Republik Indonesia kemudian menganugerahkan kepadanya gelar Pahlawan Nasional sebagai bentuk penghormatan tertinggi.

Warisan perjuangannya tidak hanya dalam bentuk lembaga pendidikan atau gelar kehormatan, tetapi juga dalam nilai-nilai hidup yang ia tanamkan: kejujuran, pengabdian, dan semangat membangun bangsa dengan ilmu dan moral.

Universitas yang ia dirikan terus berkembang dan menjadi salah satu institusi pendidikan yang berpengaruh di Indonesia. Selain itu, banyak rumah sakit dan jalan yang kini menggunakan namanya sebagai bentuk penghormatan.

Lebih dari itu, nama Mustopo hidup di hati rakyat sebagai simbol perjuangan seorang intelektual yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, melainkan seluruh bangsanya. Ia menunjukkan bahwa seorang dokter pun bisa menjadi pejuang sejati, jika memiliki hati yang tulus dan jiwa yang merdeka.

Baca Juga Sejarah Nani Wartabone: Pejuang Kemerdekaan dari Gorontalo

Penutup

Sejarah Mustopo adalah kisah tentang seorang dokter yang menjadikan ilmunya sebagai alat perjuangan. Ia membuktikan bahwa kemerdekaan tidak hanya diperjuangkan dengan senjata, tetapi juga dengan pengetahuan, moralitas, dan cinta terhadap bangsa.

Dari medan perang di Surabaya hingga dunia pendidikan di Jakarta, Mustopo meninggalkan jejak pengabdian yang mendalam bagi Indonesia. Ia adalah contoh nyata bahwa perjuangan sejati tidak pernah berakhir, melainkan terus hidup dalam semangat setiap generasi yang mencintai tanah airnya.

Leave a Comment