Sejarah Mas Mansyur: Ulama, Pemikir, dan Tokoh Pergerakan Nasional Indonesia
- Mengenal Sosok Mas Mansyur
Nama Mas Mansyur tercatat sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, terutama dalam bidang agama, pendidikan, dan politik. Ia bukan hanya seorang ulama besar, tetapi juga pemimpin yang berperan aktif dalam membangun kesadaran nasional di masa penjajahan Belanda.

Mas Mansyur dikenal luas sebagai salah satu pimpinan Muhammadiyah dan pendiri organisasi Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang kelak menjadi cikal bakal berdirinya Masyumi. Selain itu, ia juga dikenal karena pandangan-pandangannya yang maju tentang Islam dan kebangsaan.
Melalui perjuangannya, Mas Mansyur berhasil menunjukkan bahwa agama dan kemerdekaan tidak dapat dipisahkan. Bagi beliau, memperjuangkan kemerdekaan bangsa adalah bagian dari ibadah dan bentuk pengabdian tertinggi kepada Tuhan.
- Latar Belakang dan Masa Kecil Mas Mansyur
Mas Mansyur lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 25 Juni 1896. Ia berasal dari keluarga yang taat beragama dan cukup terpandang di kalangan masyarakat Jawa. Ayahnya adalah seorang ulama yang disegani, sementara ibunya dikenal sebagai wanita salehah yang berperan besar dalam membentuk karakter putranya.
Sejak kecil, Mas Mansyur telah menunjukkan kecerdasan dan ketekunan yang luar biasa. Ia belajar membaca Al-Qur’an pada usia dini dan mendalami berbagai ilmu agama seperti fikih, tauhid, dan tafsir di lingkungan keluarganya. Selain belajar di pesantren lokal, ia juga menempuh pendidikan di sekolah Belanda.
Perpaduan antara pendidikan agama dan pendidikan modern inilah yang membentuk pola pikir Mas Mansyur menjadi terbuka namun tetap berakar pada nilai-nilai Islam. Ia mampu memahami perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri keislamannya.
- Perjalanan Menuntut Ilmu Hingga ke Mekkah dan Mesir
Semangat mencari ilmu membawa Mas Mansyur merantau ke Tanah Suci Mekkah pada usia muda. Di sana ia memperdalam ilmu agama sekaligus memperluas wawasannya tentang dunia Islam.
Selama di Mekkah, ia bergaul dengan pelajar-pelajar dari berbagai negara Muslim. Dari pergaulan itu, ia mulai memahami pentingnya pembaruan dalam pendidikan dan pemikiran Islam. Ia juga terinspirasi oleh gerakan Pan-Islamisme yang menyerukan persatuan umat Islam di seluruh dunia.
Tidak puas hanya belajar di Mekkah, Mas Mansyur kemudian melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar, Mesir. Di sana, ia berinteraksi dengan tokoh-tokoh reformis Islam seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Pemikiran mereka yang menekankan pentingnya rasionalitas, ilmu pengetahuan, dan pembaruan dalam Islam, sangat memengaruhi pandangan Mas Mansyur.
Setelah beberapa tahun menimba ilmu di Timur Tengah, ia kembali ke tanah air dengan semangat baru: memperjuangkan kemajuan umat Islam melalui pendidikan dan organisasi sosial.
- Kiprah Mas Mansyur dalam Dunia Pendidikan dan Dakwah
Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 1921, Mas Mansyur langsung aktif dalam dunia dakwah dan pendidikan. Ia bergabung dengan organisasi Muhammadiyah, yang saat itu tengah berkembang pesat di bawah pimpinan KH Ahmad Dahlan.
Dalam Muhammadiyah, Mas Mansyur dikenal sebagai tokoh yang visioner. Ia mendorong reformasi pendidikan Islam agar tidak hanya fokus pada ilmu agama, tetapi juga membuka ruang bagi ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Baginya, kemajuan umat Islam harus berlandaskan pada keseimbangan antara iman dan ilmu.
Mas Mansyur juga aktif mengajarkan Islam secara rasional, menentang takhayul dan praktik-praktik keagamaan yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Ia sering mengadakan ceramah dan diskusi di berbagai daerah, membangkitkan semangat umat untuk kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya.
Sebagai pendidik, ia tidak hanya mengajar di madrasah, tetapi juga membangun sistem pendidikan modern yang terstruktur. Ia berperan besar dalam pendirian sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surabaya dan sekitarnya.
- Peran Politik dan Perjuangan Kebangsaan
Selain sebagai ulama dan pendidik, Mas Mansyur juga aktif dalam dunia politik. Ia memahami bahwa perjuangan membangun bangsa tidak bisa dilakukan hanya melalui jalur dakwah, tetapi juga harus disertai perjuangan politik yang strategis.
Pada tahun 1937, ia ikut mendirikan organisasi Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), yang menjadi wadah persatuan berbagai organisasi Islam di tanah air. Melalui MIAI, Mas Mansyur berusaha menyatukan umat Islam agar memiliki kekuatan bersama dalam melawan penjajahan Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, Mas Mansyur ditunjuk sebagai salah satu dari empat tokoh nasional dalam Empat Serangkai, bersama dengan Soekarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam posisi itu, ia berperan sebagai juru bicara umat Islam sekaligus menjadi penghubung antara pemerintah Jepang dan rakyat Indonesia.
Namun, meskipun berada di posisi strategis, Mas Mansyur tetap kritis terhadap kebijakan Jepang yang menindas rakyat. Ia tidak segan menyuarakan pandangan keislaman dan kebangsaan yang tegas, bahkan jika itu berisiko terhadap keselamatannya sendiri.
- Akhir Perjuangan dan Wafatnya Mas Mansyur
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Mas Mansyur terus berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan cara yang ia bisa. Ia aktif memberikan nasihat dan arahan kepada para pemimpin bangsa, terutama terkait hubungan antara Islam dan negara.
Namun perjuangannya tidak berlangsung lama. Kondisi kesehatannya mulai menurun akibat tekanan dan kelelahan fisik maupun mental selama masa penjajahan dan perjuangan kemerdekaan.
Pada 25 April 1946, Mas Mansyur wafat di Surabaya dalam usia 49 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi kalangan umat Islam dan keluarga besar Muhammadiyah.
Meskipun hidupnya relatif singkat, jasa dan pemikiran Mas Mansyur memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan Islam dan kebangsaan di Indonesia. Ia dikenang sebagai ulama intelektual yang berpikir maju dan berani berdiri di garis depan perjuangan.
- Warisan Pemikiran dan Pengaruh Mas Mansyur
Hingga kini, sejarah Mas Mansyur tetap relevan untuk dipelajari, karena gagasan-gagasannya masih sangat aktual. Ia mengajarkan bahwa Islam tidak boleh hanya menjadi simbol, tetapi harus menjadi sumber inspirasi bagi kemajuan bangsa.
Mas Mansyur percaya bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya berarti bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari kebodohan, kemiskinan, dan perpecahan. Untuk itu, ia selalu menekankan pentingnya pendidikan, kesatuan umat, dan moralitas yang kuat.
Beberapa nilai penting dari perjuangan Mas Mansyur antara lain:
- Pendidikan sebagai fondasi bangsa. Ia meyakini bahwa kemajuan umat hanya bisa dicapai jika rakyat memiliki pengetahuan dan akhlak yang baik.
- Persatuan umat Islam. Ia memperjuangkan agar umat tidak terpecah belah oleh perbedaan mazhab atau pandangan politik.
- Kemandirian bangsa. Mas Mansyur menolak ketergantungan pada bangsa asing dan mendorong umat Islam untuk menjadi tuan di negeri sendiri.
Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Mas Mansyur. Namanya kini diabadikan menjadi nama jalan, sekolah, dan lembaga pendidikan di berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga Sejarah Mas Tirto Darmo Haryono: Pejuang dan Prajurit Setia Pembela Kemerdekaan
Penutup
Sejarah Mas Mansyur adalah kisah tentang ulama besar yang memadukan kecerdasan intelektual, kekuatan iman, dan semangat kebangsaan. Ia bukan hanya simbol perjuangan umat Islam, tetapi juga pelopor modernisasi pendidikan dan pemikiran di Indonesia.
Dari Surabaya, ia menyalakan api perjuangan yang terus menyala hingga kini — bahwa Islam dan kemerdekaan adalah dua hal yang berjalan beriringan. Melalui dakwah, pendidikan, dan politik, Mas Mansyur membuktikan bahwa seorang ulama sejati tidak hanya berdoa di masjid, tetapi juga berjuang di tengah masyarakat demi masa depan bangsanya.