Sejarah M. Tabrani Soerjowitjarto: Pejuang Bahasa dan Kemerdekaan Indonesia
- Pendahuluan: Mengenang Sosok M. Tabrani Soerjowitjarto
Ketika membicarakan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, banyak nama besar yang muncul sebagai tokoh politik, militer, dan pejuang kemerdekaan. Namun, di balik perjuangan fisik itu, ada pula tokoh yang berjuang lewat pena dan gagasan, membangun kesadaran nasional melalui bahasa dan pendidikan. Salah satunya adalah M. Tabrani Soerjowitjarto, seorang wartawan, intelektual, dan tokoh penting dalam sejarah kebangkitan nasional Indonesia.
Nama M. Tabrani mungkin tidak sepopuler Soekarno atau Hatta, tetapi sumbangsihnya terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak kalah besar. Ia adalah orang pertama yang memperjuangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, jauh sebelum Sumpah Pemuda tahun 1928. Melalui tulisan dan pemikirannya, ia menanamkan semangat nasionalisme dan persatuan di hati pemuda-pemuda Indonesia.
Artikel ini akan mengulas perjalanan hidup dan perjuangan M. Tabrani Soerjowitjarto, tokoh penting yang mengukir sejarah dengan pemikirannya yang visioner dan semangat kebangsaannya yang tak tergoyahkan.
- Latar Belakang dan Masa Kecil M. Tabrani Soerjowitjarto. Tabrani Soerjowitjarto lahir di Surabaya pada 10 Oktober 1904. Ia berasal dari keluarga Jawa yang sederhana namun menjunjung tinggi pendidikan dan nilai moral. Ayahnya bekerja sebagai pegawai, dan keluarganya dikenal memiliki kedekatan dengan dunia pendidikan serta gerakan kebangsaan yang mulai tumbuh di awal abad ke-20.
Sejak kecil, Tabrani sudah menunjukkan kecerdasan dan keingintahuan yang besar terhadap dunia di sekitarnya. Ia menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah untuk anak-anak pribumi yang berprestasi, dan kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah setingkat SMP pada masa kolonial.
Ketertarikannya pada dunia tulis-menulis dan jurnalisme mulai tumbuh ketika ia aktif di berbagai kegiatan organisasi pemuda dan sering membaca koran-koran Belanda maupun terbitan lokal. Dari situ, Tabrani mulai memahami bahwa kekuatan sebuah bangsa bukan hanya terletak pada senjata, tetapi juga pada kesadaran dan semangat nasional yang dibangun melalui bahasa dan pengetahuan.
- Awal Perjuangan: Wartawan dan Aktivis Muda
Setelah menyelesaikan pendidikannya, M. Tabrani memutuskan untuk terjun ke dunia pers sebagai wartawan. Ia bekerja di beberapa surat kabar terkenal di masa itu, termasuk Sin Po dan Pewarta Surabaya. Lewat dunia jurnalisme, Tabrani menemukan wadah yang tepat untuk menyuarakan pikirannya tentang kebangsaan, pendidikan, dan kesetaraan antara pribumi dan penjajah.
Tulisan-tulisannya banyak mengangkat tema tentang identitas bangsa, pentingnya persatuan, dan peran pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan. Ia juga aktif berhubungan dengan tokoh-tokoh pergerakan seperti Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Soekarno, yang sama-sama memperjuangkan kesadaran nasional melalui pemikiran dan organisasi.
Kiprah Tabrani sebagai jurnalis membuatnya menjadi salah satu tokoh muda yang disegani di kalangan pergerakan nasional. Ia percaya bahwa kemerdekaan sejati hanya bisa dicapai jika rakyat Indonesia memiliki rasa bangga terhadap bangsanya sendiri, dan salah satu wujudnya adalah memiliki bahasa persatuan yang sama.
- Gagasan Besar: Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Salah satu kontribusi paling monumental M. Tabrani Soerjowitjarto adalah gagasannya tentang Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Pada tahun 1926, dua tahun sebelum lahirnya Sumpah Pemuda, ia sudah menulis dalam surat kabar Sin Po tentang pentingnya bangsa Indonesia memiliki bahasa yang menyatukan berbagai suku dan daerah.
Saat itu, istilah “Bahasa Melayu” masih digunakan secara umum. Namun, Tabrani mengusulkan agar nama bahasa persatuan tidak lagi disebut “Bahasa Melayu”, melainkan “Bahasa Indonesia”, agar memiliki identitas kebangsaan yang kuat. Gagasannya itu kemudian menjadi dasar penting dalam perumusan Sumpah Pemuda tahun 1928, di mana salah satu ikrarnya berbunyi: “Kami menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.”
Dengan kata lain, Tabrani adalah penggagas awal konsep Bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan nasional. Ia memahami bahwa bahasa adalah alat pemersatu yang mampu melampaui perbedaan ras, budaya, dan daerah. Melalui gagasannya, ia menanamkan semangat kebanggaan terhadap bahasa sendiri dan menolak anggapan bahwa hanya bahasa penjajah yang pantas dianggap modern.
Perjuangan Tabrani dalam bidang bahasa menunjukkan betapa strategisnya peran pemikiran dalam perjuangan nasional. Tanpa darah dan senjata, ia menyatukan bangsa lewat kata dan ide.
- Kiprah Politik dan Keterlibatan dalam Perjuangan Kemerdekaan
Selain aktif di dunia jurnalisme dan kebudayaan, M. Tabrani juga terjun ke dunia politik. Ia bergabung dengan organisasi Partai Indonesia Raya (Parindra) dan ikut berperan dalam pergerakan menuju kemerdekaan. Dalam politik, ia tetap membawa idealisme yang sama: menjadikan pendidikan dan bahasa sebagai dasar perjuangan bangsa.
Tabrani dikenal sebagai tokoh yang tegas, berprinsip, dan tidak mudah goyah oleh tekanan pemerintah kolonial. Ia menggunakan kekuatan tulisannya untuk menentang ketidakadilan dan menanamkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat.
Selama masa penjajahan Jepang dan awal kemerdekaan, Tabrani terus aktif berjuang. Ia turut menyuarakan pentingnya mempertahankan kemerdekaan dan menegaskan identitas bangsa Indonesia yang baru merdeka melalui bahasa dan budaya.
- Perjuangan di Dunia Pendidikan dan Pers Nasional
Setelah Indonesia merdeka, M. Tabrani tidak berhenti berjuang. Ia beralih fokus ke bidang pendidikan dan pengembangan pers nasional. Ia percaya bahwa kemerdekaan tidak akan berarti tanpa rakyat yang berpendidikan dan sadar akan identitas kebangsaannya.
Ia terlibat dalam berbagai organisasi wartawan dan menjadi salah satu tokoh yang mendorong lahirnya kode etik jurnalistik Indonesia. Tabrani juga berperan besar dalam memperjuangkan kebebasan pers agar media di Indonesia bisa menjadi alat untuk mendidik dan membangun bangsa, bukan sekadar alat propaganda politik.
Selain itu, ia aktif memberikan ceramah, menulis buku, dan mendidik generasi muda tentang pentingnya bahasa Indonesia dan sejarah perjuangan bangsa. Pandangannya tentang bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan jati diri bangsa, terus ia gaungkan hingga akhir hayatnya.
Kontribusinya di bidang pers membuatnya dihormati sebagai salah satu perintis jurnalisme nasional. Melalui tulisan-tulisannya, ia meninggalkan warisan berharga berupa semangat intelektual, kebangsaan, dan cinta tanah air.
- Akhir Hayat dan Warisan Perjuangan M. Tabrani Soerjowitjarto
- Tabrani Soerjowitjarto wafat pada 12 Januari 1984 di usia 79 tahun. Ia meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Indonesia — bukan dalam bentuk monumen megah, melainkan dalam bentuk gagasan dan warisan intelektual yang terus hidup hingga kini.
Gagasan besarnya tentang Bahasa Indonesia kini menjadi kenyataan yang dinikmati seluruh rakyat Indonesia. Setiap kali kita berbicara dalam bahasa yang sama, kita sesungguhnya sedang meneruskan cita-cita M. Tabrani: menjadikan bahasa sebagai perekat bangsa.
Pada tahun-tahun berikutnya, banyak pihak yang mengusulkan agar M. Tabrani diberikan gelar Pahlawan Nasional, mengingat peran besarnya dalam sejarah bahasa dan perjuangan nasional. Walau belum banyak dikenal secara luas, namanya kini mulai kembali diangkat dalam dunia pendidikan dan kebahasaan sebagai Bapak Bahasa Indonesia yang sesungguhnya.
Warisan M. Tabrani tidak hanya berupa gagasan bahasa, tetapi juga semangat untuk berpikir kritis, berani menyuarakan kebenaran, dan membangun bangsa lewat ilmu dan moral. Ia adalah contoh nyata bahwa perjuangan tidak harus dilakukan dengan kekerasan, tetapi dengan pena, pikiran, dan keyakinan terhadap masa depan bangsa.
Baca Juga Sejarah M. Zainudin Abdul Majid: Ulama dan Pahlawan dari Tanah Lombok
Penutup: Teladan Seorang Pejuang yang Berjuang Lewat Kata
Sejarah M. Tabrani Soerjowitjarto adalah kisah tentang seorang pemikir yang mengubah arah sejarah bangsa dengan ide-idenya. Ia mengajarkan bahwa kekuatan sejati sebuah bangsa terletak pada kesadarannya terhadap identitas dan bahasanya sendiri.
Sebagai wartawan, aktivis, dan intelektual, Tabrani telah menanamkan pondasi penting dalam perjalanan kebangsaan Indonesia. Berkat gagasannya, Bahasa Indonesia menjadi simbol persatuan dan kebanggaan nasional.
Warisan pemikirannya akan selalu relevan: bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai bahasanya sendiri dan menggunakannya untuk membangun peradaban. Melalui perjuangan tanpa henti, M. Tabrani Soerjowitjarto membuktikan bahwa pena bisa menjadi senjata paling tajam dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.