google.com, pub-9717546832976702, DIRECT, f08c47fec0942fa0 google.com, pub-7852137543983973, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Sejarah M. Jasin: Sang Pelopor Polisi Republik Indonesia yang Setia kepada Negara

Sejarah M. Jasin: Sang Pelopor Polisi Republik Indonesia yang Setia kepada Negara

  1. Pendahuluan: Mengenal Sosok M. Jasin, Polisi Pejuang Kemerdekaan

Dalam sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia, nama M. Jasin menempati tempat yang istimewa. Ia dikenal sebagai Bapak Polisi Republik Indonesia, seorang perwira yang bukan hanya berperan dalam bidang keamanan, tetapi juga memiliki kontribusi besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di masa-masa genting setelah proklamasi.

  1. Jasin adalah sosok polisi yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk bangsa dan negara. Ia bukan sekadar aparat penegak hukum, tetapi juga pejuang sejati yang menjadikan tugasnya sebagai bentuk ibadah dan pengabdian kepada rakyat. Melalui keberanian dan keteguhannya, M. Jasin telah menorehkan sejarah penting dalam perjalanan kepolisian di Indonesia.
  2. Latar Belakang dan Masa Muda M. Jasin

Mochammad Jasin lahir pada tanggal 9 Juni 1920 di Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, dari keluarga sederhana yang menanamkan nilai disiplin, kejujuran, dan tanggung jawab. Sejak kecil, Jasin menunjukkan sifat kepemimpinan dan semangat belajar yang tinggi. Ia tumbuh di tengah suasana penjajahan Belanda, yang kala itu menanamkan diskriminasi kepada rakyat pribumi.

Rasa ketidakadilan itulah yang membentuk semangat juang dalam dirinya. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Jasin melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah dan kemudian bergabung dengan pendidikan kepolisian yang kala itu dikenal dengan sebutan Bestuursschool (Sekolah Pamong Praja) di Surabaya.

Selama masa pendidikannya, Jasin dikenal sebagai murid yang disiplin, jujur, dan cerdas. Ia memahami betul bahwa menjadi polisi bukan hanya soal menangkap penjahat, tetapi juga menjaga keamanan rakyat dan mengabdi pada keadilan.

  1. Awal Karier dan Perjuangan di Masa Penjajahan

Sebelum Indonesia merdeka, M. Jasin bekerja sebagai anggota kepolisian bentukan Belanda yang dikenal dengan nama Politie, kemudian di masa pendudukan Jepang berubah menjadi Keisatsutai. Dalam masa-masa itu, ia menyaksikan sendiri bagaimana aparat dipaksa tunduk pada kepentingan penjajah.

Namun, berbeda dari kebanyakan rekan-rekannya, Jasin tidak pernah mau menjadi alat penindasan. Ia justru menggunakan posisinya untuk membantu rakyat secara diam-diam. Dalam hati kecilnya, ia menolak keras praktik kekuasaan kolonial yang merendahkan martabat bangsa.

Ketika Jepang mulai melemah di akhir Perang Dunia II, Jasin bersama rekan-rekannya mulai menyusun rencana untuk mengambil alih kekuasaan keamanan dari tangan Jepang. Ia percaya bahwa setelah Indonesia merdeka, kepolisian harus berdiri sebagai pelindung rakyat, bukan pelayan penjajah.

  1. Peran Besar M. Jasin dalam Proklamasi dan Revolusi Kemerdekaan

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, M. Jasin segera mengambil tindakan tegas. Ia memimpin pengambilalihan Markas Kepolisian di Surabaya dari tangan Jepang dan menyatakan bahwa mulai saat itu, polisi berdiri di bawah kekuasaan Republik Indonesia.

Pada tanggal 21 Agustus 1945, ia dengan berani mengumumkan berdirinya Kepolisian Negara Republik Indonesia di Jawa Timur. Tindakan ini menjadikannya sebagai salah satu pelopor terbentuknya kepolisian nasional yang mandiri dan berdaulat.

Keputusan berani M. Jasin tersebut tidaklah mudah. Jepang masih memiliki pasukan bersenjata dan banyak perwira polisi pribumi takut melawan. Namun Jasin berdiri tegak, memimpin anak buahnya dengan ketegasan dan keberanian luar biasa.

Tak hanya itu, ia juga berperan dalam Pertempuran Surabaya tahun 1945, di mana polisi dan rakyat bahu-membahu melawan pasukan Sekutu. Di tengah kekacauan, M. Jasin mengatur pasukannya agar tetap disiplin dan menjaga keamanan rakyat sipil.

Tindakannya ini membuat namanya dikenal luas sebagai polisi pejuang—bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan bangsanya.

  1. Perjuangan Pasca Kemerdekaan: Menegakkan Polisi Republik

Setelah perang kemerdekaan berakhir, M. Jasin terus berjuang memperkuat lembaga kepolisian agar menjadi pilar keamanan negara yang profesional dan berintegritas. Ia menolak keras segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan di tubuh polisi.

  1. Jasin kemudian dipercaya memimpin berbagai jabatan penting di kepolisian. Salah satu kiprah pentingnya adalah ketika ia ikut merumuskan struktur organisasi kepolisian yang sesuai dengan semangat Republik, bukan warisan kolonial. Ia ingin agar polisi di Indonesia tidak lagi menjadi “tangan kekuasaan”, tetapi pelindung rakyat.

Dalam masa-masa penuh tantangan itu, Jasin juga sering terlibat dalam upaya menjaga stabilitas nasional. Ia berperan aktif dalam menumpas pemberontakan di berbagai daerah dan memelihara keamanan dalam negeri pasca revolusi.

  1. Jasin dikenal memiliki gaya kepemimpinan yang tegas namun adil. Ia tidak segan menegur bawahannya yang menyalahgunakan wewenang, dan selalu menanamkan nilai disiplin serta tanggung jawab. Bagi Jasin, polisi sejati adalah mereka yang menjaga kehormatan institusi dengan tindakan nyata, bukan dengan pangkat semata.
  2. Nilai-Nilai Perjuangan dan Keteladanan M. Jasin

Dari perjalanan panjang hidup M. Jasin, ada banyak nilai yang patut dijadikan teladan. Pertama, integritas dan keberanian moral. Ia berani mengambil keputusan sulit demi kebenaran, meski harus berhadapan dengan risiko besar.

Kedua, pengabdian tanpa pamrih. M. Jasin tidak pernah mengejar jabatan atau kekayaan. Baginya, tugas sebagai polisi adalah bentuk pengabdian kepada Tuhan dan bangsa.

Ketiga, rasa nasionalisme yang tinggi. Ia menjadikan kepolisian sebagai bagian dari perjuangan rakyat, bukan alat kekuasaan penguasa. Jasin selalu menekankan bahwa polisi harus melayani dan melindungi masyarakat, bukan menakut-nakuti mereka.

Keempat, disiplin dan profesionalitas. Ia percaya bahwa kekuatan polisi bukan pada senjata, melainkan pada moral dan keteguhan hati dalam menegakkan keadilan.

Nilai-nilai inilah yang membuat M. Jasin dihormati tidak hanya oleh sesama aparat kepolisian, tetapi juga oleh rakyat Indonesia secara umum.

  1. Akhir Hayat dan Warisan Sejarah M. Jasin
  2. Jasin menghabiskan masa tuanya dengan tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pembinaan generasi muda kepolisian. Meskipun telah pensiun dari dinas aktif, ia tidak pernah berhenti memberikan nasihat tentang pentingnya menjaga kehormatan institusi kepolisian.

Ia wafat pada 3 Mei 2012 di Surabaya dalam usia 91 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, terutama bagi keluarga besar Kepolisian Republik Indonesia. Untuk menghormati jasa dan pengabdiannya, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada M. Jasin pada tahun 2015.

Warisan perjuangan M. Jasin bukan hanya berupa catatan sejarah, tetapi juga nilai moral yang hidup di tubuh Polri hingga kini. Ia mengajarkan bahwa menjadi polisi bukan hanya soal menegakkan hukum, melainkan juga menjaga martabat bangsa dan melindungi rakyat dengan hati nurani.

Baca Juga Sejarah M. Mangun Dipraja: Pejuang Tanpa Pamrih yang Mengabdi untuk Bangsa dan Rakyat Kecil

Kesimpulan

Sejarah M. Jasin adalah kisah tentang keberanian, integritas, dan pengabdian yang tulus kepada bangsa. Ia menunjukkan bahwa polisi sejati bukanlah mereka yang berkuasa dengan kekerasan, melainkan mereka yang menjaga keamanan dan keadilan dengan kejujuran dan keteladanan.

Sebagai Bapak Polisi Republik Indonesia, M. Jasin telah membuktikan bahwa peran aparat bukan sekadar pelaksana hukum, tetapi juga bagian dari perjuangan membangun bangsa. Warisan nilai-nilainya tetap relevan hingga kini, terutama di tengah tantangan moral dan profesionalitas aparat keamanan.

Dengan semangatnya yang tak pernah padam, M. Jasin menjadi simbol bahwa perjuangan sejati tidak selalu dilakukan di medan perang, melainkan juga dalam menjaga hati nurani, keadilan, dan keamanan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Leave a Comment