google.com, pub-9717546832976702, DIRECT, f08c47fec0942fa0 google.com, pub-7852137543983973, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Sejarah Ahmad Hanafiah: Ulama, Pejuang, dan Pahlawan Nasional dari Lampung

Sejarah Ahmad Hanafiah: Ulama, Pejuang, dan Pahlawan Nasional dari Lampung

AHMAD HANAFIAH adalah sosok ulama pejuang yang kelahiran dan perjuangannya banyak berkaitan dengan Lampung. Beliau dikenal bukan hanya sebagai tokoh keagamaan, tetapi juga sebagai pejuang revolusi, intelektual Islam yang membumikan nasionalisme, dan sosok yang akhirnya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Republik Indonesia pada tahun 2023. Artikel ini akan membahas secara menyeluruh sejarah Ahmad Hanafiah mulai dari masa kecil, pendidikan, kiprah perjuangan, karya pemikiran, hingga warisan dan relevansinya hari ini.

Mengenal KH Ahmad Hanafiah Sosok Pahlawan Nasional Baru Asal Lampung

  1. Kelahiran dan Latar Keluarga
  • Ahmad Hanafiah lahir pada tahun 1905 di Kecamatan Sukadana, yang saat itu bagian dari Kabupaten Lampung Tengah, dan sekarang termasuk Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. 
  • Ia adalah putra sulung dari KH Muhammad Nur, pemimpin Pondok Pesantren Istishodiyah di Sukadana, yang merupakan pesantren pertama di Provinsi Lampung.
  • Sejak kecil, lingkungan keluarganya sudah sangat religius dan mendukung pendidikan Islam. Beliau sudah mulai belajar agama dari orang tua dan pesantren lokal. 
  1. Pendidikan Formal dan Nonformal
  • Dari sisi nonformal, sejak usia sangat muda Ahmad Hanafiah belajar Al-Qur’an dari ayahnya sendiri, dan disebut-sebut khatam Al-Qur’an di usia lima tahun
  • Pendidikan formal maupun pesantren: beliau belajar di sekolah pemerintahan di Sukadana sekitar tahun 1916.
  • Kemudian, beliau melanjutkan pendidikan Islam di pesantren-pesantren luar negeri: di Malaysia (Kelantan) antara 1925–1930, dilanjutkan ke Tanah Suci (Mekkah) sekitar 1930–1936.
  • Di luar negeri, beliau juga mendalami tarekat (yaitu aliran keagamaan sufi) seperti Qadiriyah dan Syattariyah.
  1. Perjuangan Pemikiran: Menggabungkan Islam dengan Nasionalisme
  • Sepulang dari Tanah Suci dan Malaysia, Ahmad Hanafiah tidak hanya menjadi pengajar agama, tetapi intelektual yang menulis karya-karya keislaman yang mengandung kritik sosial dan gagasan tentang nasionalisme berbasis Islam. 
  • Dua karya penting beliau adalah Sirr al-Dahr (terbit sekitar 1936 H) dan Kitab al-Hujjah (tahun 1937 H) yang banyak membahas persoalan masyarakat Lampung, agama, dan tantangan kolonialisme serta modernitas. 
  • Dalam tulisannya, beliau tidak hanya memaparkan masalah-masalah praktis, tetapi juga mempromosikan bahwa umat Islam tidak boleh diam terhadap penjajahan, bahwa agama Islam dan cinta tanah air (nasionalisme) bisa berjalan bersama.
  1. Organisasi dan Keterlibatan Politik Lokal
  • Ahmad Hanafiah mendirikan atau aktif dalam berbagai organisasi Islam dan sosial-ekonomi. Misalnya, ia menjadi Ketua Serikat Dagang Islam (SDI) di Sukadana sekitar tahun 1937–1942. 
  • Kegiatan organisasi ini bukan hanya keagamaan, tetapi juga merambah ke usaha ekonomi rakyat: perdagangan, usaha sabun, home industry, bahkan usaha rokok kretek di Lampung. 
  • Ia dikenal sebagai mubaligh yang merakyat, yang memperhatikan aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
  1. Peran dalam Revolusi dan Perjuangan Fisik
  • Masa Revolusi (setelah Proklamasi 1945) menjadi fase penting dalam kehidupan Ahmad Hanafiah. Ia memimpin Laskar Hizbullah di Lampung sebagai kekuatan pejuang yang melibatkan santri dan pemuda. 
  • Ia juga menjadi pejabat lokal pada masa itu: ia dipercaya sebagai Kepala Kawedanan Sukadana sekitar tahun 1945–1946, dan kemudian menjadi Wakil Kepala merangkap Kepala Bagian Islam di Jawatan Agama Karesidenan Lampung di tahun 1947. 
  • Ia ikut berperang menghadapi Agresi Militer Belanda I. Pada Ramadhan 1366 H (sekitar Juli–Agustus 1947), ia memimpin pasukan Hizbullah Lampung untuk merebut Kota Baturaja di Sumatera Selatan, dalam semangat jihad (perang sabil), sampai akhirnya tertangkap dan dibunuh.
  1. Kejatuhan, Gugur, dan Misteri Makam
  • Ahmad Hanafiah gugur di medan perang pada 16 Agustus 1947 dalam pertempuran sengit di Front Kamerung, Baturaja, Sumatera Selatan. 
  • Setelah tertangkap oleh Belanda, beliau dikabarkan dimasukkan ke dalam karung dan ditenggelamkan di Sungai Ogan. Karena itu, hingga kini lokasi makamnya tidak diketahui
  • Kejatuhannya dianggap sebagai salah satu contoh pengorbanan fisik seorang ulama pejuang yang mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan dan kehormatan bangsa dan agama. 
  1. Penghargaan dan Gelar Pahlawan Nasional
  • Pada tanggal 6 November 2023, Presiden Republik Indonesia menetapkan KH Ahmad Hanafiah sebagai Pahlawan Nasional, melalui Keputusan Presiden Nomor 115/TK/Tahun 2023.
  • Gelar ini diserahkan kepada ahli warisnya pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2023 di Istana Negara. 
  • Keputusan ini menjadi penting karena Lampung selama beberapa dekade sebelumnya hanya memiliki satu pahlawan nasional, yaitu Radin Inten II. Pengakuan terhadap Ahmad Hanafiah dianggap sebagai momentum kebanggaan bagi masyarakat Lampung. 
  1. Warisan, Nilai, dan Relevansi bagi Generasi Kini
  • Dari sisi keagamaan dan intelektual, karya-karya Ahmad Hanafiah seperti Sirr al-Dahr dan Kitab al-Hujjah tetap penting sebagai dokumen pemikiran Islam yang menyerap realitas sosial, dan tantangan kolonialisme serta modernitas. 
  • Nilai nasionalisme yang menyatu dengan agama, yang ditunjukkannya melalui aktivitas sosial-ekonomi, pendidikan, dan perjuangan fisik, menjadi contoh bahwa keimanan dan cinta tanah air dapat berjalan beriringan.
  • Keterlibatannya sebagai ulama yang aktif dalam politik lokal dan perlawanan fisik membawa pelajaran tentang tanggung jawab pemimpin agama tidak hanya di mimbar ceramah tetapi juga di lapangan nyata (baik sosial maupun politik) ketika bangsa dan agama dalam bahaya.
  • Warisannya kini juga diupayakan dipelihara: barang-barang peninggalannya sudah diserahkan ke Museum Negeri Lampung, monumen di Sukadana didirikan untuk mengenang jasanya, serta generasi muda di Lampung diajak meneladani semangat perjuangannya. 

Baca Juga Sejarah Abdul Wahab Hasbullah

Penutup

Sejarah Ahmad Hanafiah adalah kisah tentang ulama yang tidak hanya mengajar di pesantren tetapi juga maju ke medan perjuangan, menyuarakan keadilan melalui tulisan dan dakwah, mendirikan organisasi ekonomi-akademik, hingga akhirnya merebut kemerdekaan bersama rakyatnya. Beliau adalah contoh nyata bagaimana keimanan, pemikiran, dan keberanian bisa bersatu untuk memperjuangkan sebuah bangsa.

Dengan lebih dari satu abad berlalu sejak kelahirannya (1905) dan hampir delapan dekade setelah gugurnya (1947), sosoknya kian diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari narasi besar sejarah Indonesia. Gelar Pahlawan Nasional yang diberikan padanya, bukan semata formalitas, tetapi pengakuan atas dedikasi nyata yang membawa Lampung — dan Indonesia secara keseluruhan — selangkah lebih dekat pada kemerdekaan dan keadilan sosial.

Semoga generasi sekarang dan masa depan bisa menggali dan meneladani nilai-nilai perjuangannya: keikhlasan, keberanian, integritas, dan cinta tanah air yang dibarengi kesadaran agama.

Leave a Comment