google.com, pub-9717546832976702, DIRECT, f08c47fec0942fa0 google.com, pub-7852137543983973, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Sejarah Abdul Wahab Hasbullah

Sejarah Abdul Wahab Hasbullah: Ulama, Pejuang, dan Penggerak Nahdlatul Ulama

Dalam sejarah Indonesia, nama KH. Abdul Wahab Hasbullah tercatat sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia keagamaan, pendidikan, dan perjuangan kemerdekaan. Ia bukan hanya seorang ulama besar, tetapi juga seorang organisator ulung yang berperan besar dalam lahirnya Nahdlatul Ulama (NU)—organisasi Islam terbesar di Indonesia hingga saat ini. Melalui pemikirannya yang moderat dan langkah strategisnya, Abdul Wahab Hasbullah berhasil memadukan nilai-nilai Islam tradisional dengan semangat kebangsaan Indonesia. Artikel ini akan mengulas sejarah Abdul Wahab Hasbullah secara lengkap, mulai dari masa kecilnya hingga warisan perjuangannya yang masih terasa hingga kini.

Biografi Abdul Wahab Hasbullah – Pendiri Nahdatul Ulama | PCNU Tulungagung

  1. Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecil Abdul Wahab Hasbullah

Abdul Wahab Hasbullah lahir pada 31 Maret 1888 di Jombang, Jawa Timur, tepatnya di Desa Tambakberas—sebuah daerah yang terkenal sebagai pusat pesantren dan kegiatan keagamaan. Ia lahir dari keluarga ulama terpandang. Ayahnya, KH. Hasbullah Said, adalah pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas yang sangat berpengaruh di Jawa Timur. Ibunya, Nyai Latifah, juga berasal dari keluarga santri yang taat.

Sejak kecil, Wahab Hasbullah tumbuh dalam lingkungan religius yang kuat. Ia belajar Al-Qur’an, kitab kuning, dan dasar-dasar ilmu agama langsung di bawah bimbingan ayahnya dan para kiai pesantren. Kecerdasannya membuat ia cepat menguasai ilmu-ilmu agama, dan pada usia muda ia sudah dipercaya membantu mengajar santri.

  1. Perjalanan Menuntut Ilmu dan Pembentukan Karakter

2.1 Pendidikan di Berbagai Pesantren Terkemuka

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di pesantren keluarganya, Abdul Wahab Hasbullah melanjutkan pengembaraan ilmiahnya ke berbagai pesantren terkenal di Jawa. Ia pernah belajar di Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Mojosari (Nganjuk), dan Pesantren Siwalan Panji (Sidoarjo). Di setiap tempat, ia mendalami berbagai cabang ilmu agama, seperti tafsir, hadis, fiqih, dan tasawuf.

Pengalaman belajar di berbagai pesantren tersebut membentuk wawasan keagamaan yang luas dan terbuka, serta mempertemukannya dengan banyak ulama besar yang kelak menjadi rekan perjuangan.

2.2 Perjalanan ke Makkah

Sebagai penuntut ilmu sejati, Wahab Hasbullah kemudian melanjutkan pendidikannya ke Makkah Al-Mukarramah. Di tanah suci, ia memperdalam ilmu agama kepada ulama-ulama besar dunia Islam dan berinteraksi dengan pelajar dari berbagai negara. Pengalaman ini memperluas cakrawala berpikirnya, sehingga ia tidak hanya berpandangan lokal, tetapi juga memahami dinamika dunia Islam internasional.

  1. Keterlibatan Abdul Wahab Hasbullah dalam Gerakan Kebangsaan

Sepulangnya ke tanah air, Abdul Wahab Hasbullah tidak hanya fokus mengajar di pesantren. Ia menyadari bahwa umat Islam Indonesia sedang menghadapi tantangan besar, yakni penjajahan Belanda dan arus modernisasi yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai tradisional. Karena itu, ia mulai aktif mengorganisasi para ulama dan santri untuk terlibat dalam perjuangan kebangsaan.

3.1 Pendiri Organisasi Taswirul Afkar

Pada awal abad ke-20, Abdul Wahab Hasbullah mendirikan Taswirul Afkar (Gambaran Pemikiran), sebuah organisasi diskusi keagamaan dan sosial yang bertujuan membangkitkan kesadaran politik dan intelektual umat Islam. Forum ini mempertemukan para kiai, santri, dan pemuda untuk berdiskusi tentang masalah keagamaan, kebangsaan, dan kolonialisme.

Taswirul Afkar menjadi wadah penting bagi lahirnya gagasan-gagasan kebangkitan Islam di Nusantara. Dari sinilah mulai tumbuh semangat baru di kalangan pesantren untuk ikut terlibat dalam perjuangan kemerdekaan.

3.2 Nahdlatul Wathan dan Gerakan Pendidikan

Selain Taswirul Afkar, Wahab Hasbullah juga mendirikan Nahdlatul Wathan, organisasi pendidikan dan kebangsaan yang bertujuan mencetak kader-kader Muslim terdidik. Ia percaya bahwa kemajuan umat tidak hanya bergantung pada ilmu agama, tetapi juga pada pendidikan umum dan kesadaran nasional. Melalui lembaga ini, banyak generasi muda pesantren yang kemudian menjadi tokoh penting dalam pergerakan nasional.

  1. Peran Sentral dalam Lahirnya Nahdlatul Ulama

Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Abdul Wahab Hasbullah adalah perannya dalam pendirian Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926. Bersama KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama lainnya, ia merespons kebijakan modernisasi Islam yang muncul di Timur Tengah—terutama keputusan Raja Ibnu Saud yang berpotensi menghapuskan tradisi-tradisi Islam Nusantara seperti mazhab Syafi’i dan ziarah kubur.

Wahab Hasbullah mengusulkan agar dibentuk organisasi ulama yang kuat untuk menjaga ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia sekaligus menjadi wadah perjuangan umat. Usulan ini kemudian diterima, dan berdirilah NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya.

Dalam struktur awal NU, Abdul Wahab Hasbullah dipercaya menjadi Ketua Tanfidziyah (eksekutif). Ia dikenal sebagai sosok organisatoris handal yang menggerakkan NU agar aktif tidak hanya di bidang agama, tetapi juga sosial dan politik kebangsaan.

  1. Kiprah Abdul Wahab Hasbullah dalam Perjuangan Kemerdekaan

5.1 Membangun Kesadaran Nasional di Kalangan Pesantren

Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, Abdul Wahab Hasbullah berperan penting dalam membangkitkan kesadaran nasional di kalangan pesantren. Ia mengajak para kiai untuk tidak hanya mengajar agama, tetapi juga mendidik santri agar mencintai tanah air dan siap membela kemerdekaan.

Wahab Hasbullah meyakini bahwa agama dan nasionalisme tidak bertentangan, melainkan saling menguatkan. Pandangan inilah yang kelak menjadi dasar sikap NU dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.

5.2 Peran pada Masa Revolusi

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Abdul Wahab Hasbullah ikut mendukung Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada Oktober 1945. Resolusi ini menyerukan jihad fi sabilillah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari agresi Belanda. Seruan tersebut menjadi salah satu pemicu Pertempuran 10 November di Surabaya.

Peran Wahab Hasbullah dalam menggerakkan jaringan pesantren dan kiai sangat besar, menjadikan NU kekuatan sosial-politik penting dalam mempertahankan kemerdekaan.

  1. Kiprah dalam Dunia Politik Nasional

Selain di bidang agama dan perjuangan, Abdul Wahab Hasbullah juga aktif di kancah politik nasional. Setelah Indonesia merdeka, NU sempat menjadi bagian dari Masyumi. Namun, perbedaan orientasi membuat NU akhirnya keluar dan menjadi partai politik sendiri pada tahun 1952.

Wahab Hasbullah mendukung langkah ini karena ia menginginkan NU memiliki posisi politik yang kuat dalam memperjuangkan aspirasi umat Islam. Ia juga ikut dalam berbagai forum kenegaraan, memberikan pandangan keagamaan yang moderat dan mendorong terciptanya kehidupan bernegara yang harmonis.

  1. Wafat dan Warisan Perjuangan Abdul Wahab Hasbullah

Abdul Wahab Hasbullah wafat pada 29 Desember 1971 di Jombang, dalam usia 83 tahun. Ia dimakamkan di kompleks Pesantren Tambakberas, tempat ia dilahirkan dan mengabdikan hidupnya. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi kalangan pesantren dan umat Islam Indonesia.

Namun, warisannya terus hidup melalui lembaga-lembaga yang ia dirikan, pemikiran-pemikirannya yang moderat, dan peran pentingnya dalam berdirinya NU. Ia dikenang sebagai “Bapak Organisasi NU”, sosok yang memadukan tradisi pesantren dengan semangat kebangsaan modern.

  1. Relevansi Sejarah Abdul Wahab Hasbullah di Era Modern

Mempelajari sejarah Abdul Wahab Hasbullah sangat relevan untuk konteks Indonesia saat ini. Pemikirannya tentang Islam moderat, nasionalisme, dan pentingnya pendidikan menjadi pondasi penting dalam menjaga keutuhan bangsa di tengah tantangan globalisasi dan radikalisme.

Ia mengajarkan bahwa perjuangan tidak hanya dilakukan melalui senjata, tetapi juga melalui pemikiran, organisasi, dan pendidikan. Sikap inklusifnya terhadap perbedaan menjadikannya contoh ideal bagi generasi muda dalam merawat kebinekaan Indonesia.

Baca Juga Sejarah Sultan Mahmud Riayat Syah: Pahlawan Maritim yang Menyatukan Riau dan Lingga dalam Perjuangan Melawan Penjajahan

Penutup

Sejarah Abdul Wahab Hasbullah bukan hanya kisah seorang ulama, melainkan kisah tentang tokoh bangsa yang berhasil menggabungkan keilmuan, keagamaan, dan kebangsaan dalam satu perjuangan. Melalui perannya dalam mendirikan NU, mendidik santri, memimpin organisasi, hingga mendukung kemerdekaan, ia telah mewariskan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Pemikirannya yang moderat dan visioner membuatnya tetap relevan hingga kini—lebih dari setengah abad setelah wafatnya.

Leave a Comment