google.com, pub-9717546832976702, DIRECT, f08c47fec0942fa0 google.com, pub-7852137543983973, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Sejarah Amir Hamzah: Sang Pahlawan Sastra dan Nasionalisme Indonesia

Sejarah Amir Hamzah: Sang Pahlawan Sastra dan Nasionalisme Indonesia

  1. Latar Belakang Tokoh Amir Hamzah

Amir Hamzah lahir dengan nama lengkap Teuku Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera pada tanggal 28 Februari 1911 di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara. Ia lahir dari keluarga bangsawan Kesultanan Langkat, sebuah wilayah kaya dan berpengaruh di Sumatera pada masa kolonial Belanda. Ayahnya, Teuku Hamzah, adalah pejabat tinggi kerajaan, sementara ibunya berasal dari keluarga terpandang.

hamzah | SD MUTIARA BALIGE

Sejak kecil Amir Hamzah sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia mendapat pendidikan dasar di sekolah rakyat, kemudian melanjutkan ke HIS (Hollandsch-Inlandsche School), MULO, dan AMS (Algemeene Middelbare School) di Batavia. Lingkungan pendidikan modern dan pergaulan kosmopolitan inilah yang membentuk cara berpikir kritis sekaligus memperdalam kecintaannya terhadap sastra dan budaya Indonesia.

  1. Jejak Pendidikan dan Awal Karier

Setelah lulus AMS, Amir Hamzah melanjutkan kuliah di Rechts Hoge School (RHS), sekolah tinggi hukum di Batavia, pada tahun 1932. Namun, di sela-sela kuliahnya, ia aktif dalam dunia kepenulisan dan pergerakan nasional. Ia menjadi salah satu mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Indonesia Muda, tempat berkumpulnya para pemuda pelopor kebangkitan nasional.

Pada masa inilah, Amir Hamzah mulai menulis puisi-puisi yang kelak menjadikannya salah satu tokoh sastra terbesar Indonesia. Karya-karyanya diterbitkan di berbagai majalah seperti Poedjangga Baroe, majalah sastra yang ia dirikan bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane pada tahun 1933. Gaya tulisannya unik—menggabungkan nuansa romantik klasik dengan semangat kebangsaan modern.

  1. Peran Amir Hamzah dalam Pergerakan Nasional

Walaupun lebih dikenal sebagai penyair, Amir Hamzah juga memainkan peran penting dalam pergerakan nasional Indonesia. Ia aktif dalam diskusi dan organisasi pemuda yang menentang penjajahan Belanda. Melalui puisinya, Amir menyebarkan semangat cinta tanah air dan kebebasan.

Beberapa puisinya, seperti Padamu Jua dan Berdiri Aku, bukan sekadar ekspresi pribadi, melainkan bentuk perlawanan kultural terhadap kolonialisme. Ia meyakini bahwa perjuangan bangsa tidak hanya dilakukan dengan senjata, tetapi juga melalui bahasa, sastra, dan kesadaran budaya.

Semangat ini membuat Amir Hamzah dihormati bukan hanya sebagai sastrawan, tapi juga sebagai intelektual pejuang yang memiliki visi kebangsaan kuat.

  1. Karya-Karya Sastra yang Abadi

Amir Hamzah meninggalkan sejumlah karya monumental yang hingga kini menjadi warisan sastra Indonesia. Antara lain:

  • Buah Rindu (1941) → Kumpulan puisi yang sarat nuansa romantik dan spiritual.
  • Nyanyi Sunyi (1937) → Karya masterpiece yang memuat 40 puisi penuh perenungan tentang Tuhan, cinta, dan kehidupan.
  • Terjemahan karya sastra India dan Arab klasik, yang menunjukkan luasnya wawasan Amir.

Bahasa yang digunakan Amir Hamzah halus, religius, sekaligus sarat simbolisme. Ia mampu menggabungkan estetika bahasa Melayu klasik dengan gagasan modern, sehingga puisi-puisinya tetap relevan hingga kini.

  1. Peran dalam Masa Kemerdekaan

Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tahun 1945, Amir Hamzah tidak tinggal diam. Ia kembali ke Langkat dan diangkat sebagai pejabat penting dalam struktur pemerintahan lokal di bawah Kesultanan Langkat.

Namun, situasi politik di Sumatera pasca kemerdekaan sangat tidak stabil. Banyak pihak yang menolak sistem kerajaan dan menginginkan pemerintahan republik murni. Amir, sebagai bangsawan yang bekerja dalam sistem kesultanan, terjebak dalam arus konflik antara revolusioner dan bangsawan tradisional.

  1. Tragedi Akhir Hidup Amir Hamzah

Tragisnya, pada Maret 1946, Amir Hamzah menjadi korban dalam peristiwa “Revolusi Sosial” di Sumatera Timur. Kelompok revolusioner melakukan penyerangan terhadap bangsawan Langkat yang dianggap bersekongkol dengan Belanda. Amir Hamzah, meskipun dikenal nasionalis, tidak luput dari sasaran.

Ia ditangkap dan dieksekusi secara kejam. Jenazahnya ditemukan beberapa hari kemudian dan dimakamkan secara sederhana. Kematian Amir Hamzah mengejutkan banyak pihak, terutama kalangan sastrawan dan pejuang nasional. Ia gugur dalam usia muda, hanya 35 tahun.

  1. Warisan Sejarah dan Pengakuan Nasional

Meskipun meninggal secara tragis, nama Amir Hamzah tetap harum dalam sejarah Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1975 berkat jasanya dalam dunia sastra dan perjuangan kemerdekaan.

Namanya diabadikan sebagai “Raja Penyair Pujangga Baru”, dan banyak sekolah, jalan, serta taman budaya yang menggunakan namanya. Puisi-puisinya masih diajarkan di sekolah-sekolah, menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk mencintai bahasa, sastra, dan tanah air.

Baca Juga Sejarah Mas Mansyur: Ulama, Pemikir, dan Tokoh Pergerakan Nasional Indonesia

Penutup

Sejarah Amir Hamzah bukan hanya kisah seorang penyair romantik, tetapi juga cermin semangat nasionalisme Indonesia. Ia membuktikan bahwa perjuangan kemerdekaan bisa dilakukan dengan pena, bukan hanya pedang. Gagasan dan karya-karyanya hidup melampaui zamannya, menjadi bagian penting dari identitas bangsa Indonesia.

Leave a Comment