Sejarah Perjuangan Mohammad Hatta: Dari Akademisi hingga Bapak Koperasi Indonesia
Mohammad Hatta adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, Hatta tidak hanya dikenal sebagai pemimpin negara, tetapi juga sebagai pemikir dan praktisi ekonomi yang memperjuangkan keadilan sosial melalui koperasi. Artikel ini akan mengulas perjalanan hidup dan perjuangan Mohammad Hatta dari masa muda hingga kontribusinya dalam membangun Indonesia.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat, dalam keluarga ulama Minangkabau. Pendidikan dasar ditempuhnya di Sekolah Melayu Bukittinggi, kemudian melanjutkan ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Pada usia 13 tahun, Hatta lulus ujian masuk Sekolah Menengah Dagang (HBS) di Jakarta. Setelah lulus HBS pada 1921, ia melanjutkan studi ke Nederland Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda, untuk mempelajari ilmu perdagangan. Di Belanda, Hatta mendalami pemikiran nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Awal Perjuangan di Belanda
Selama di Belanda, Hatta aktif dalam pergerakan mahasiswa dan organisasi Perhimpunan Indonesia. Pada tahun 1926, ia mengusulkan pendirian partai nasionalis baru yang berorientasi pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perhimpunan Indonesia menjadi organisasi yang antiimperialisme dengan semboyan “Indonesia Merdeka Sekarang Juga”. Pada 23 September 1927, Hatta bersama anggota Perhimpunan Indonesia lainnya ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda dengan tuduhan subversif. Dalam sidang di Den Haag pada 9 Maret 1928, Hatta membacakan pledoi berjudul Indonesië Vrij (“Indonesia Merdeka”), yang kemudian diterbitkan dalam bentuk brosur. Pada 22 Maret 1928, Hatta dan rekan-rekannya dibebaskan dari segala tuduhan.
Kembali ke Tanah Air dan Bergabung dengan Pergerakan Nasional
Setelah menyelesaikan studinya pada 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan aktif dalam dunia jurnalistik serta pendidikan politik. Ia menjadi penulis artikel politik dan ekonomi di majalah Daulat Ra’jat dan aktif dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI). Hatta menekankan pentingnya prinsip non-kooperasi dalam perjuangan melawan penjajahan. Pada 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, Hatta dan beberapa anggota PNI lainnya juga dibuang ke Boven Digoel. Selama di pengasingan, Hatta menolak tawaran untuk bekerja sama dengan pemerintah kolonial dan memilih untuk tetap hidup sederhana sambil terus belajar dan mengajar.
Peran Kunci dalam Proklamasi Kemerdekaan
Pada masa pendudukan Jepang, Hatta bersama Soekarno terlibat dalam berbagai upaya untuk mempersiapkan kemerdekaan. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Mereka berdua menandatangani teks Proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno. Peristiwa ini menjadi titik awal sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menjadi Wakil Presiden Pertama dan Kontribusi dalam Pemerintahan
Setelah proklamasi, Hatta diangkat sebagai Wakil Presiden pertama Indonesia mendampingi Presiden Soekarno. Ia menjabat sebagai Wakil Presiden dari 1945 hingga 1956. Selama masa jabatannya, Hatta berperan aktif dalam membangun fondasi negara yang baru. Salah satu kontribusi besarnya adalah dalam bidang ekonomi. Hatta memperkenalkan konsep ekonomi kerakyatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ia percaya bahwa sistem ekonomi Indonesia harus berdasarkan prinsip koperasi, yang mencerminkan semangat gotong royong dan solidaritas. Pemikirannya ini menjadi dasar bagi pembangunan ekonomi Indonesia pada masa awal kemerdekaan.
Pengunduran Diri dan Kehidupan Setelah Politik
Pada tahun 1956, Hatta mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wakil Presiden. Keputusan ini diambil karena perbedaan pandangan politik dengan Presiden Soekarno. Setelah pensiun dari politik, Hatta tetap aktif menulis dan memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan. Ia dikenal dengan gaya hidupnya yang sangat sederhana dan tidak pernah memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan pribadi. Hatta adalah simbol pemimpin yang bersih, berintegritas, dan berdedikasi.
Baca Juga Sejarah Perjuangan Eddy Martadinata: Pahlawan Laut Indonesia
Warisan dan Inspirasi bagi Bangsa
Mohammad Hatta meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Pemikiran-pemikirannya tentang demokrasi, ekonomi kerakyatan, dan nasionalisme tetap relevan hingga saat ini. Sebagai Proklamator dan Bapak Koperasi, Hatta mengajarkan bahwa perjuangan bukan hanya tentang meraih kemerdekaan, tetapi juga tentang menjaga dan mengisinya dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Hingga kini, Mohammad Hatta menjadi inspirasi bagi banyak generasi, terutama dalam perjuangan untuk membangun Indonesia yang berdaulat dan bermartabat.