google.com, pub-9717546832976702, DIRECT, f08c47fec0942fa0 google.com, pub-7852137543983973, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Sejarah Perjuangan Abdurrahman Baswedan

Sejarah Perjuangan Abdurrahman Baswedan: Dari Jurnalis hingga Pahlawan Nasional

Abdurrahman Baswedan, atau yang akrab disapa AR Baswedan, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lahir di Surabaya pada 9 September 1908, ia dikenal sebagai jurnalis, diplomat, dan politisi yang gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, khususnya bagi komunitas keturunan Arab. Melalui tulisan, organisasi, dan diplomasi, AR Baswedan berperan besar dalam mengintegrasikan keturunan Arab ke dalam perjuangan nasional Indonesia.

Cahyadi Takariawan - AR. BASWEDAN Salah satu tokoh pejuang kemerdekaan  adalah Abdurrahman Baswedan atau AR. Baswedan —seorang pejuang sekaligus  diplomat dan sastrawan Indonesia. Lahir di di Surabaya pada tahun 1908,  wafat di

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

AR Baswedan berasal dari keluarga keturunan Arab yang menetap di Surabaya. Ayahnya, Umar Baswedan, hijrah dari Hadramaut, Yaman, dan menikah dengan Noor binti Salim, seorang gadis asal Surabaya. Mereka dikaruniai sepuluh anak, salah satunya adalah Awad, yang kemudian menurunkan AR Baswedan .

Sejak usia lima tahun, AR Baswedan mendapatkan pendidikan dasar di Madrasah al-Khairiyah dekat Masjid Sunan Ampel Surabaya. Namun, ia merasa tidak nyaman dengan intimidasi dari anak-anak keturunan Arab yang mengklaim superioritas. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah al-Irsyad di Batavia (Jakarta), yang diasuh oleh Syekh Ahmad Surkatie. Setelah itu, ia kembali ke Surabaya untuk mendampingi ayahnya yang sakit

Perjuangan Melalui Jurnalistik

Sebagai seorang jurnalis, AR Baswedan menggunakan media untuk menyuarakan pemikirannya tentang nasionalisme dan integrasi keturunan Arab ke dalam bangsa Indonesia. Ia bekerja di berbagai surat kabar, seperti Sin Tit Po, Soeara Oemoem, dan Matahari, serta mendirikan media sendiri seperti Lembaga Baroe, Zaman Baroe, Al-Jaum, dan Aliran Baroe .

Pada Agustus 1934, AR Baswedan menulis artikel di Harian Matahari yang mengajak komunitas Arab di Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, menekankan prinsip ius soli (kewarganegaraan berdasarkan tempat lahir) . Tulisan ini menjadi tonggak penting dalam perjuangannya untuk mengintegrasikan keturunan Arab ke dalam perjuangan nasional Indonesia.

Mendirikan Partai Arab Indonesia (PAI)

Pada 4 Oktober 1934, AR Baswedan menginisiasi Kongres Peranakan Arab di Semarang. Kongres ini menghasilkan dua keputusan penting: pertama, pengakuan Indonesia sebagai tanah air keturunan Arab; dan kedua, pembentukan Persatuan Arab Indonesia, yang kemudian menjadi Partai Arab Indonesia (PAI). Melalui PAI, AR Baswedan berusaha menyatukan keturunan Arab dengan masyarakat Indonesia dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia

Di bawah kepemimpinan AR Baswedan, PAI aktif mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia, antara lain dengan mendukung Petisi Sutarjo dan Aksi Indonesia Berparlemen yang dicanangkan oleh GAPI. Ketokohan AR Baswedan diakui oleh pemerintah pendudukan Jepang dan pemimpin pergerakan nasional, sehingga ia diangkat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mewakili golongan Arab

Diplomasi dan Pengakuan Internasional

AR Baswedan merupakan salah satu diplomat pertama Indonesia yang berhasil mendapatkan pengakuan internasional bagi Indonesia. Ia pernah ditugaskan sebagai utusan khusus Presiden Soekarno ke negara-negara Timur Tengah, seperti Mesir, Suriah, Lebanon, Irak, dan Yordania, untuk meminta dukungan bagi kemerdekaan Indonesia .

Pada 1948, AR Baswedan berhasil membawa dokumen pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Mesir, yang merupakan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia dari negara lain . Dokumen ini sangat penting karena menunjukkan bahwa perjuangan diplomatik Indonesia mulai membuahkan hasil di kancah internasional.

Baca Juga Sejarah Perjuangan Achmad Subarjo: Pejuang Kemerdekaan yang Mendedikasikan Hidupnya untuk Indonesia

Peran dalam Pemerintahan dan Pendidikan

Setelah proklamasi kemerdekaan, AR Baswedan tidak mendirikan kembali PAI yang dibubarkan oleh pemerintah pendudukan Jepang, tetapi memilih untuk bergabung dalam Partai Masyumi. Sebagai pemimpin Masyumi, AR Baswedan mewakili partainya dalam kabinet Sjahrir kedua (Oktober 1946 – Juni 1947) sebagai Menteri Muda Penerangan. Setelah itu, ia menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), anggota parlemen, dan anggota Dewan Konstituante hasil Pemilu 1955

Setelah Masyumi dibubarkan pada tahun 1960, AR Baswedan mengalihkan kegiatannya ke bidang pendidikan, dakwah, dan budaya. Ia bersama para tokoh Masyumi mendirikan Dewan Dakwah Islam Indonesia dan Badan Koordinasi Kebudayaan Islam, sebagai wadah untuk menyebarkan nilai-nilai Islam dan kebudayaan di Indonesia .

Leave a Comment