Sejarah Perjuangan Alexander Andries Maramis: Pahlawan Nasional dari Minahasa
Alexander Andries Maramis, atau yang akrab disapa AA Maramis, adalah salah satu tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai anggota Panitia Sembilan yang merumuskan Piagam Jakarta, ia memiliki peran strategis dalam pembentukan dasar negara Indonesia. Selain itu, Maramis juga menjabat sebagai Menteri Keuangan pertama Republik Indonesia dan aktif dalam diplomasi internasional.
Pada 8 November 2019, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada AA Maramis, mengakui kontribusinya yang luar biasa bagi bangsa Indonesia.
- Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
AA Maramis lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 20 Juni 1897. Ia merupakan putra dari pasangan Andries Alexander Maramis dan Charlotte Ticoalu. Keluarganya memiliki status sosial yang mapan, dengan ayahnya sebagai pengusaha kopra kaya. Hal ini memberinya akses pendidikan yang baik, dimulai dari Europeesche Lagere School (ELS) di Manado dan Hogere Burgerschool (HBS) di Batavia (sekarang Jakarta).
Pada 1919, Maramis melanjutkan studi hukum di Universitas Leiden, Belanda. Selama di Leiden, ia aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia, yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia lulus pada 1924 dengan gelar Meester in de Rechten (MR) dan kembali ke Indonesia untuk berpraktik sebagai pengacara di Semarang dan Palembang.
- Keterlibatan dalam Perjuangan Kemerdekaan
Maramis menunjukkan semangat nasionalisme yang tinggi dengan menolak tawaran untuk menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda. Sebagai gantinya, ia memilih untuk bergabung dengan organisasi pergerakan dan aktif dalam kegiatan politik yang mendukung kemerdekaan Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang, Maramis terlibat dalam organisasi seperti Poesat Tenaga Rakyat (Poetera) dan Chuo Sangi-in (Dewan Pertimbangan Pusat). Ia juga menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang dibentuk pada 1 Maret 1945.
- Peran dalam Pembentukan Dasar Negara
Sebagai anggota BPUPKI, Maramis termasuk dalam Panitia Sembilan yang merumuskan dasar negara Indonesia. Panitia ini bertugas untuk merumuskan Piagam Jakarta, yang kemudian menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Maramis adalah satu-satunya anggota Panitia Sembilan yang beragama Kristen.
Piagam Jakarta mencerminkan nilai-nilai dasar negara yang berdasarkan pada prinsip ideologi Pancasila. Sebagai anggota Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Maramis juga berperan dalam menyusun konstitusi negara yang menjadi landasan hukum Indonesia.
- Menjadi Menteri Keuangan Pertama
Pada 26 September 1945, Maramis diangkat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Presiden pertama Indonesia. Ia menggantikan Samsi Sastrawidagda yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Sebagai Menteri Keuangan, Maramis memiliki peran penting dalam mengelola keuangan negara yang baru merdeka.
Salah satu kontribusinya yang signifikan adalah percetakan uang kertas pertama Indonesia, yang dikenal dengan nama Oeang Republik Indonesia (ORI). ORI diterbitkan pada 30 Oktober 1946 untuk menggantikan uang Jepang dan uang yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
- Diplomasi dan Tugas Luar Negeri
Selain berperan dalam pemerintahan, Maramis juga aktif dalam diplomasi internasional. Pada periode 1950 hingga 1960, ia menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk beberapa negara, antara lain Filipina, Jerman Barat, Uni Soviet, dan Finlandia.
Dalam kapasitasnya sebagai diplomat, Maramis berupaya memperkenalkan Indonesia ke dunia internasional dan membangun hubungan baik dengan negara-negara sahabat. Ia juga terlibat dalam berbagai negosiasi yang mendukung kepentingan nasional Indonesia di kancah internasional.
- Penghargaan dan Pengakuan
Atas jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan dan kontribusinya dalam pembangunan negara, Maramis dianugerahi berbagai penghargaan. Pada 15 Februari 1961, ia menerima Bintang Mahaputra Utama. Pada 5 Oktober 1963, ia dianugerahi Bintang Gerilya.
Secara anumerta, pada 12 Agustus 1992, Maramis dianugerahi Bintang Republik Indonesia Pertama, sebagai penghargaan tertinggi dari negara. Selain itu, nama AA Maramis diabadikan sebagai nama Gedung Induk Kementerian Keuangan, sebagai penghormatan atas peranannya dalam membangun sistem keuangan negara.
Baca Juga Pertempuran Lima Hari di Semarang: Sejarah, Dampak, dan Peringatan
- Kembali ke Tanah Air dan Akhir Hayat
Setelah hampir 20 tahun tinggal di luar negeri, Maramis menyatakan keinginannya untuk kembali ke Indonesia. Pada 27 Juni 1976, ia tiba di Jakarta dan disambut oleh sahabat-sahabat lamanya, seperti Achmad Subardjo dan Arnold Mononutu.
Namun, kesehatan Maramis menurun setelah kepulangannya. Pada Mei 1977, ia dirawat di rumah sakit setelah mengalami pendarahan otak. Ia meninggal dunia pada 31 Juli 1977 di Rumah Sakit Gatot Soebroto, Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.